Posts tagged ‘kereta’
Pintu naik dan pintu turun
Di halte busway Kuningan Timur terpasang gambar tempel bertuliskan “pintu penurunan” dan “pintu penaikan”, secara makna mungkin maksudnya pintu tersebut diperuntukkan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Namun secara bahasa istilah tersebut tidak benar. Seharusnya tertulis “pintu menurunkan” dan “pintu menaikkan” atau tertulis “pintu turun” dan “pintu naik”.
Saya mengira busway sedang merapikan antrian penumpang berdasarkan fungsi pintu setelah kurang berhasil menerapkan fungsi gender. Namun menilik busway dengan pintu penumpang terletak di tengah dan di belakang, saya sangsi pemisahan fungsi pintu itu juga tidak efektif. Pintu tengah lebih lebar daripada pintu belakang. Penumpang lebih memilih masuk lewat pintu yang lebih lebar dan keluar lewat pintu yang terdekat.
Di kota-kota yang fungsi bus berjalan dengan baik, mengoperasikan bus dengan pintu masuk dekat sopir dan pintu keluar di sebelah belakang atau tengah bus. Dengan maksud agar setiap penumpang yang masuk membayar pada kotak atau alat elektronik yang tersedia di samping supir, dan penumpang dapat keluar setelah menekan tombol yang ada di pintu keluar. Seperti yang terdapat pada bus PPD eks Jepang.
Saya lihat administrasi busway tidak mirip dengan bus kota, lebih mirip dengan kereta atau monorail, yang tidak perlu pemisahan pintu naik dan pintu turun. Bagaimanapun, kita apresiasi saja rencana ini, mudah-mudahan bukan sekedar trial and error pengelola busway.
on the railway, Pondok Cina – Tanah Abang vv
Baru pertama kali kami pergi ke Tanah Abang dengan kereta, dan begitu banyak pengalaman berharga yang perlu dibagi. Dari stasiun Pondok Cina, setelah memarkirkan motor kami menumpang kereta Ekonomi AC jurusan stasiun Tanah Abang denganharga tiket Rp5500 pada pukul 09.15 (terlambat 5 menit dari jadwal). Kereta ini, sebagaimana kereta Ekonomi AC yan lainnya, menyediakan gerbong Khusus Wanita pada kedua ujung rangkaian. Petugas laki-laki yang berjaga di sambungan gerbong siap sedia menegur penumpang laki-laki yang berdiri di gerbong khusus tersebut, walau untuk menemani anak atau istrinya. Di setiap stasiun kereta berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Kami tiba di stasiun Tanah Abang setelah menempuh waktu 45 menit.
Setelah menyelesaikan pencarian bahan di pasar Tanah Abang dan sekitarnya, pada pukul 14.30 kami tiba kembali di stasiun Tanah Abang untuk pulang ke Depok. Nyaris tidak ada informasi jadwal yang terdapat di lobi stasiun, hingga seorang petugas mengumumkan dengan loudspeaker tangan untuk pemesanan tiket kereta Express dan Ekonomi AC dilayani di loket 2, sedangkan untuk tiket ekonomi segala jurusan dilayani di loket 4. Saya mengantri di loket 2, saya tanyakan jadwal kereta Express ataupun Ekonomi AC yang menuju Depok, dijawabnya pada jam 6 sore. Jika mau saya dipersilakan membeli tiket ekonomi di loket 4. Artinya saya harus mengantri lagi.
Di loket 4, saya tanyakan kereta ke Depok. Dijawab oleh petugas ada jam setengah 5. Untuk menunggu selama itu saya merasa gak sanggup. Saya kira harus menumpang kereta ke stasiun Kota supaya mendapat tempat duduk. Saya pun mendapatkan 2 tiket ekonomi. Dan petualangan berkereta pun dimulai.
Kartu Jakcard untuk belanja
Pada awalnya kartu Jakcard sebagai mode pembayaran elektronik untuk tiket busway. Walaupun Bank DKI sebagai bank penerbit memiliki visi menjadikannya dompet elektronik serbaguna untuk segala pembayaran. Dan pada saat tulisan ini terbit, kartu Jakcard selain dapat digunakan di semua koridor busway, juga sudah dapat digunakan untuk berbelanja di Indomaret. Tinggal tunggu terobosan untuk membayar parkir di Park N Ride, membeli tiket kereta Jabotabek, membeli BBM dan lain-lain.
High speed train
Mengunjungi kota Tianjin yang berjarak sekitar 150 km dari kota Beijing jika ditempuh dengan mobil atau bus membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam. Namun dapat dipersingkat menjadi 29 menit saja dengan kereta berkecepatan hingga 330 km/jam dari stasiun Beijing south.
Kereta HST atau High Speed Train tersebut berangkat setiap 30 menit, sejak pagi hingga malam hari. Harga tiket sangat terjangkau. Hanya ¥99 untuk kelas eksekutif dan ¥58 untuk kelas ekonomi. Jalur kereta dibuat disamping jalan tol sehingga kita dapat menyaksikan betapa lambatnya kendaraan lain seperti mobil, bus, maupun truk yang padahal melaju kencang.
Jika hanya dengan ¥58 (Rp70 ribu) saja bisa menghemat waktu perjalanan hingga seperlimanya, barangkali perlu dipikirkan jalur serupa untuk Jakarta-Bandung.
efisiensi busway
melanjutkan tulisan kemarin keluar dari stasiun gambir, saya melewati parkiran taksi bluebird langsung menuju halte busway, mengabaikan para supir taksi dan ojek motor. waktu menunjukkan jam 21:45 masih ada 15 menit secara teori sebelum semua halte busway tutup kasir. di depan kasir saya ditanya oleh petugas, “mau ke mana pak?” saya jawab bahwa saya mau ke ragunan, dengan melakukan 2 x transit di harmoni dan dukuh atas.
berbeda dengan kereta yang apabila penumpang hendak berganti rute harus keluar peron untuk membeli karcis kemudian masuk lagi, busway memberikan keleluasaan bahwa selama berada di dalam halte, penumpang tidak perlu membeli karcis lagi untuk dapat menaiki bus dengan rute yang berbeda. inilah efisiensi busway yang perlu ditiru oleh kereta.
efisiensi berkereta
kereta api masih jadi alternatif kendaraan saya dari bandung ke jakarta, terutama pada long weekend kemarin, dimana hampir semua shuttle already fully booked sedangkan mencapai terminal leuwi panjang memakan waktu lebih lama dan harus melewati beberapa titik kemacetan. dengan biaya yang sama dengan karcis bus bandung-lebak bulus, saya peroleh tiket argo gede plus mendapatkan snack kotak berupa roti dan air minum. waktu tempuh bandung jakarta juga tidak jauh berbeda pada kisaran 3 jam. ketika kereta berhenti di jatinegara, pada pukul 21:30 saya memikirkan alternatif kendaraan: taxi dari jatinegara, busway, KRD atau KRL.