Posts tagged ‘busway’
kopaja di jalur busway
Saya senang ada kopaja di jalur busway. Membuat penumpang lebih tertib krn naik dan turun di halte busway. Namun ternyata mental supir dan keneknya masih perlu perbaikan. Utk masalah kecepatan dapat diatur. Masalah salip menyalip juga sudah hilang. Tapi bikin bus full lebih parah daripada fullnya tije. Yg lebih mengagetkan adalah kebiasaan kopaja yg keluar jalur busway pada jalur yg separatornya rendah. Baik utk menghindar dari jalur yg diokupasi oleh kendaraan lain, juga utk menaikkan atau menurunkan penumpang.
Walaupun kopaja bukan tije. Semestinya harus jadi perhatian bahwa selama mereka melaju di jalur busway tidak diperkenankan keluar utk naik turun penumpang sembarangan.
Pintu naik dan pintu turun
Di halte busway Kuningan Timur terpasang gambar tempel bertuliskan “pintu penurunan” dan “pintu penaikan”, secara makna mungkin maksudnya pintu tersebut diperuntukkan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Namun secara bahasa istilah tersebut tidak benar. Seharusnya tertulis “pintu menurunkan” dan “pintu menaikkan” atau tertulis “pintu turun” dan “pintu naik”.
Saya mengira busway sedang merapikan antrian penumpang berdasarkan fungsi pintu setelah kurang berhasil menerapkan fungsi gender. Namun menilik busway dengan pintu penumpang terletak di tengah dan di belakang, saya sangsi pemisahan fungsi pintu itu juga tidak efektif. Pintu tengah lebih lebar daripada pintu belakang. Penumpang lebih memilih masuk lewat pintu yang lebih lebar dan keluar lewat pintu yang terdekat.
Di kota-kota yang fungsi bus berjalan dengan baik, mengoperasikan bus dengan pintu masuk dekat sopir dan pintu keluar di sebelah belakang atau tengah bus. Dengan maksud agar setiap penumpang yang masuk membayar pada kotak atau alat elektronik yang tersedia di samping supir, dan penumpang dapat keluar setelah menekan tombol yang ada di pintu keluar. Seperti yang terdapat pada bus PPD eks Jepang.
Saya lihat administrasi busway tidak mirip dengan bus kota, lebih mirip dengan kereta atau monorail, yang tidak perlu pemisahan pintu naik dan pintu turun. Bagaimanapun, kita apresiasi saja rencana ini, mudah-mudahan bukan sekedar trial and error pengelola busway.
Antrian gender
Sekarang tidak lagi diterapkan antrian berdasarkan gender di setiap halte bus transjakarta. Sebagai tanggapan atas ketidakseimbangan jumlah penumpang pria dan wanita. Para penumpang wanita protes karena sudah lama mengantri tidak mendapat bus sedangkan para penumpang pria lebih cepat mendapat bus karena panjang antriannya lebih sedikit. Selain itu efektivitasnya di dalam busway tidak dinikmati karena penumpang tetap berbaur antara pria dan wanita. Sehingga banyak penumpang yang mengeluhkan kebijakan antrian gender ini. Sampai-sampai di milis suaratransjakarta mengenal istilah toilet sign yaitu kertas bergambar ikon yang biasa ditemui di pintu toilet ditempel di pintu halte busway.
Kebijakan itu sendiri diterapkan setelah pengaduan atas pelecehan seksual yang dialami beberapa penunpang wanita. Maka setelah dicabutnya kebijakan itu menjadi tanggung jawab setiap penumpang menjaga diri masing-masing.
Error jakcard
Bagaimana jika kartu jakcard anda error padahal masih cukup banyak deposit? Kasir tiket busway tak punya waktu untuk melayani anda, jadi jangan harap mereka dapat membantu. Yang harus anda lakukan adalah mengadukan ke petugas jakcard. Sehubungan dengan mesin edc tidak tersedia, mereka akan menahan kartu anda dan mencatat nomor telepon anda. Kartu akan dibawa dan dicek ke bank dki, mereka akan menghubungi anda ketika selesai dengan sisa deposit tetap sama dengan ketika sebelum error. Saya kira seandainya tersedia mesin edc, mereka akan dapat langsung mengganti kartu anda dengan yang baru.
Busway makin parah
Tahun 2011, dimana setiap entitas berupaya lebih baik daripada tahun sebelumnya, ternyata kurang dirasakan bagi pengguna busway. Waktu tunggu yg semakin lama karena minimnya armada, walau datang lebih pagi, membuat pengguna kesiangan untuk ke tempat bekerja. Di milis, forum online dan berita ttg busway menunjukkan berkurangnya kinerja BLU Transjakarta. Tanpa harus menyalahkan beroperasinya koridor 9 dan 10, BLU TJ dituntut untuk meningkatkan pelayanan bagi para pengguna.
mengatur bus rute langsung
Pengelolaan busway di Jakarta memang baru dimulai 7 tahun yang lalu, namun pengelolaan bus sebagai angkutan umum telah dilakukan sejak awal republik ini berdiri. Tidak dapat dipungkiri masih banyak keluhan penumpang mengenai minimnya informasi umum yang dapat diperoleh ketika akan menggunakan busway sebagai pilihan angkutan mereka. Di antaranya adalah informasi tentang destinasi bus.
Sudah diketahui bahwa setiap koridor dinyatakan dalam kode angka. Pada setiap bus yang melalui koridor 6 Ragunan – Latuharhari akan ditandai dengan angka 6 di jendela depan bus, begitu pula pada bus dan koridor lainnya. Di setiap halte juga terpasang tanda halte terakhir dan halte berikutnya. Sejak adanya inovasi rute alternatif/langsung/ekspres, walau memudahkan banyak penumpang karena tidak harus turun-antri-naik bus di setiap interchange namun tidak diimbangi informasi memadai mengenai rute tersebut.
Antrian penumpang di halte utama tidak dibedakan, hanya diberitahukan melalui “teriakan” frontliner alias satgas penjaga pintu. Selain itu tidak ditempelkannya tanda rute alternatif secara konsisten di setiap kaca depan maupun di sisi pintu masuk bus yang disediakan. Walau hal ini masih uji coba, sebaiknya tetap dilakukan peningkatan kualitas pelayanan dalam perkembangannya, supaya pengguna busway makin merasakan kemudahan yang ditawarkan.
Feeder busway
Dari berbagai area perumahan di pinggiran kota Jakarta meluncur bus-bus ber-AC yang mengantar para penumpangnya ke terminal-terminal bus Transjakarta yang terdekat. Bus-bus yang disebut sebagai Feeder Busway itu menawarkan kenyamanan lebih bagi para penggunanya. Tentu dengan biaya yang lebih mahal daripada angkutan umum lainnya. Namun nampaknya kenyamanan saja tidak mampu membayar waktu yang terbuang karena kemacetan jalan di antara rumah dan terminal busway. Mungkin perlu dipikirkan solusinya supaya manfaat efisiensi busway juga dirasakan oleh pengguna bus feeder.
Kartu Jakcard untuk belanja
Pada awalnya kartu Jakcard sebagai mode pembayaran elektronik untuk tiket busway. Walaupun Bank DKI sebagai bank penerbit memiliki visi menjadikannya dompet elektronik serbaguna untuk segala pembayaran. Dan pada saat tulisan ini terbit, kartu Jakcard selain dapat digunakan di semua koridor busway, juga sudah dapat digunakan untuk berbelanja di Indomaret. Tinggal tunggu terobosan untuk membayar parkir di Park N Ride, membeli tiket kereta Jabotabek, membeli BBM dan lain-lain.
Rebutan tempat duduk
Ga cuma politisi aja yang suka rebutan kursi. Penumpang busway juga doyan. Maklum perjalanan masih jauh, berdiri tentu melelahkan. Mengabaikan poster di jendela bus tentang priority seat, dengan memejamkan mata atau menikmati peralatan audio. Tak peduli kecuali ditegur petugas.
Bayar tiket Busway pake Jakcard
Untuk menumpang busway setiap calon penumpang harus membeli tiket sekali jalan senilai Rp3500 untuk perjalanan jauh maupun dekat. Aktivitas di loket pun sibuk dengan kembalian dan antrian yang tentu saja memakan waktu. Para calon penumpang diharapkan menyiapkan uang pas jika mau cepat. Maka pembayaran dengan alat elektronik diadakan dengan harapan mempercepat antrian di loket.
Bank DKI memperkenalkan Jakcard sebagai kartu prabayar untuk membayar tiket busway. Tinggal tap, tiket pun didapat. Tak perlu menyiapkan uang pas atau menunggu kembalian, secara otomatis saldo berkurang. Jika habis pun dapat diisi ulang. Lebih praktis kan?